Rabu, 24 September 2014

Diam

Aku tak tahu apa yang telah terjadi. Hingga tak tahu lagi harus berfikir apa. Dia masih tetap saja diam, walau hanya sekedar menyapa. "DIAM" Mungkin itu sebuah jawaban bahwa saat ini dia tak ingin di ganggu olehku., 

Maaf mungkin belum cukup untuk meredam kemarahaanya,. satu hal yang aku petik dari kejadian ini aku gagal membuatnya bahagia, aku hanya selalu membuatmu marah dan bukan cuma kali ini saja., Maaf sayang, saya berharap hubungan kita ini baik-baik saja. Aku merindukan mu..

Satu-satunya pikiran yang menghiburku saat ini adalah aku yakin dia adalah masa depanku dan kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku. Amin...


Selasa, 23 September 2014

MAAF

Belum ada kabar darinya di media kecil itu, Malam ini Ia tak meninggalkan beberapa pesan untuk aku sebagai penutup kebahagian hari ini. Namun hanya hening yang aku dapat., sekarang aku merasa kalau hening itu seperti mengejek kesendirian. Aku tidak pernah mengira kalau kangen bisa sedemikian menyiksa. Otakku tak henti memutar imaji ketika aku terakhir berbicara dengan dirinya dan aku membuat sebuah kesalahan.


“Maaf sayang”

Sabtu, 13 September 2014

Kebahagian'ku

Tak terasa dua bulan nyaris berlalu. Baru kemarin rasanya semua kebahagian itu kulewati bersamanya. Mungkin seandainya libur ini dapat diperpanjang ahhh sebuah keinginan yang hanya menjadi seandainya. Entah kenapa hari-hariku selama dikota ini menghasilkan kenangan-kenangan yang membuatku sangat berat meninggalkan kota ini. Kebaikanmu, perhatianmu, kasih sayangmu yang kau ulurkan padaku, membuatku senantiasa kuat menghadapi proses hidup ini. aku akan merindukan hari-hariku bersama denganmu sayangku, canda, tawa, serta caramu memarahiku telah menjadi kebiasaanku dan telah menghiasi hari-hariku selama berada dikota ini.  Maaf sayangku, kali ini aku membuatmu menunggu lagi. Terima kasi untuk hari ini sayangku.

Semoga kamu selalu di berikan kesehatan dan selau berada dalam lindungannya. Amin

Besok udah harus balik ke malang,

Hiks... padahal masih betah banget dikampung sendiri.




Minus dua Hari

Minus dua hari sebelum aku berangkat ke malang. Menyusuri  hari ini dalam kesendirian rasanya sedikit cukup mengobati kebosanan. Tanpa rencana, tujuan, pun kawan berbincang. Menikmati perayaan waktu dalam pengamatan. Bukan jalan yang berdebu, bukan pula warna-warni kerjaan yang menantang untuk tak dibaikan, tapi lintasan-lintasan yang melayang, ketika mengantri, atau menyusuri lorong-lorong pusat perbelanjaan. Raut wajah  bosan, hingga gerutuan menunggu giliran menjadi selang yang menyenangkan.

Kalau sebelumnya aku bisa tertawa dan tersenyum karena melihat dia makan dengan lahapnya serta ketika dia membacakan sebuah artikel untukku. kini aku hanya bisa diam setelah mendengar kata “lelah” yang keluar dari lisannya. disaat itu segala argumen runtuh, Tiba tiba saja aku merasa bahwa aku terlalu egosi memintanya untuk selalu menemaniku. aku tak menyangka dia begitu sangat lelah dengan beberapa kerjaan yang harus segerah dia selesaikan serta beberapa ajakan dariku, sebaiknya aku harus mulai belajar sendiri ketika berada ditempat kami biasa bertemu, hingga tak ada kata lelah lagi yang keluar dari lisannya, maaf sayang.

Sedikit mengenang kebersamaan kami, mengingat hal-hal sederhana tentang dirinya yang terasa sangat susah aku temui belakangan ini. mulai membuka chat-chat yang dahulu kami sering lakukan, sedikit tersenyum kita iya minta dingatkan tentang makanan yang belum dia bayar. ketika dia mengatakan aku menyayangimu serta ketika dia minta dibelikan bakso tusuk kesukaannya.

Sayang maaf telah membuatmu sangat lelah ketika aku berada dikota ini. kemaren kamu kelihatan sangat cantik, aku akan rindu dengan senyuman itu dan hari-hariku bersamamu ketika berada di kota ini.

Rabu, 03 September 2014

DIA

Sedikit lagi kembali ke malang. Berat rasanya untuk memesan titket untuk kembali ke kota itu. Selama dua bulan terakhir, aku selalu merasa makassar adalah dirinya. Perasaan yang membuatku tak pernah merasakan homesick. Mungkin aku akan merindukan hari-hariku bersama dirinya. Setelah kehadiran dirinya bahagia datang dengan beragam rupa. Seseorang tak bisa bahagia kalau menginginkan segala sesuatunya berjalan sesuai rencana bukan. Dan aku harus bersabar untuk kebahagiaanku itu.

Satu-satunya pikiran yang menghiburku ketika berada di kota ini adalah DIA, ketika kamu tersenyum, memikirkan hal itu saja, perasaanku menjadi nyaman. Karena kau, aku jadi banyak belajar suatu hal yang baru. Ritual bukanlah sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga hubungan ini bisa bertahan, melainkan sebuah hubungan yang terus diperbaharui dan diuji. Aku masih ingat hari dimana kamu sangat marah terhadapku. Yang aku sadari bahwa kehilangan tak akan pernah mudah, apalagi kalau itu terjadi dengan mendadak. Tanpa indikasi, ataupun pertanda dan itu sakit. Sebuah hari yang sangat melelahkan bagiku, dihari itu juga tanpa sengaja telah mengajariku untuk mempertahan sesuatu yang telah aku pilih dalam hidupku. Dan bagiku, waktu dan kesabaran telah menjadikan hubungan kita ini menjadi sesuatu yang istimewa. Semoga hubungan kita ini menjadikanmu sebagai pendamping dunia dan akhiratku. Amin

Semoga Sang Maha Senantiasa Melindungimu, dan mencurahkan kasih-Nya Padamu