Minggu, 23 Agustus 2015

Andai..

Andai aku bisa meyakinkan dirimu untuk dapat memaafkanku. Alasan demi alasan yang kuharap mampu meluluhkan hatimu. Namun setelah segalanya kukemukakan kepadamu kamu masih tetap membenciku. aku tahu!! kau masih tetap berhak untuk tidak memaafkan kesahalahanku. Kecewamu akan polahku, kata-kataku yang seringkali tak berkenan, maupun tingkalaku serta sifatku yang sering sekali menyakiti hatimu dan membuatmu marah. Aku sadar akan kekuranganku...

Kau benar ketika berkata kalau aku tidak membuatmu bahagia dan aku telah membuatmu kecewa, Aku tak menyangka kalau perbuatan bodohku waktu itu telah menancapkan paku-paku dihatimu. Dan meski aku berusaha sekuat tenaga untuk mencabutnya, bekas itu masih ada, aku tahu itu. Aku tidak bisa memutar waktu, seandainya aku bisa!!!.. aku tak ingin hari sabtu itu terjadi. Namun dengan segala lemahku yang bisa kulakukan hanya mengucap maaf.

Aku tahu setiap kali aku salah terhadapmu setiap kali pula aku mengucapkan kata-kata ini padamu “Maaf”. Rutinitas  atas kesalahanku yang mungkin telah menjadi bagian dari hidupmu.. Tapi meski terdengar sangat klise aku akan berusaha untuk itu. Meski demikian aku masih sangat  berharap kalau hubungan kita baik2 saja.

Satu-satunya pikiran yang menghiburku saat ini adalah Aku sangat yakin kelak kamu akan menjadi ibu untuk anak-anaku.

Maaf atas kekuranganku…